Tidak mudah memindahkan acuan waktu dari Greenwich Mean Time (GMT) ke Mekah. Butuh kesepakatan internasional untuk itu, karena bisa menggeser garis bujur nol derajat, waktu serta mengubah hari dan penanggalan.
“Proyek jam raksasa Makkah Giant Clock lebih cenderung pada proyek yang bersifat seperti proyek mercusuar. Jadi unsur wah-nya yang ditonjolkan menjadi jam terbesar di dunia, termasuk gedung tertinggi kedua di dunia,” ujar profesor riset astronomi dan astrofisika dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin.
Hal itu dikatakan Thomas saat berbincang denngan detikcom, Jumat (13/8).
Tapi, imbuh Thomas, dalam proyek itu tidak ada penawaran konsep soal Arab yang hendak menjadi pusat waktu dunia. Makkah yang berbeda 3 jam dari GMT (GMT+3) tetap dipakai.
“Pada jam giant clock itu sekadar menggunakan jam itu tapi tidak ada konsep apa pun. Itu keinginan sebagian ulama yang ingin menjadikan Mekah sebagai rujukan waktu global. Konsep tidak ada bedanya dengan jam konvensional yang ada,” kata dia.
Untuk menggeser GMT ke Mekah, Thomas menjelaskan, bukan perkara yang mudah. Karena menggeser garis bujur nol derajat di Greenwich butuh konvensi atau kesepakatan internasional.
“Terkait dengan waktu biasanya International Astronomi Union membuat konvensi karena mereka yang jaga waktu berdasarkan pengamatan astronomi,” jelasnya.
Maka, Thomas menilai sementara ini keinginan Arab Saudi yang ingin menggeser GMT cenderung hanya utopia (mimpi) karena belum ada konsep waktu yang diusulkan.
“Itu proyek mercusuar, membangun jam raksasa yang dapat dilihat dari jarak sekian kilometer, dan pada saat azan di Masjidil Haram ada sinyal lampu yang dinyalakan hingga seluruh wilayah di sekitarnya melihat jam itu,” tuturnya.
Jam raksasa di kompleks Masjidil Haram itu berdiameter 45 meter atau setara lapangan sepakbola. Jam ini mulai berdetak Kamis 12 Agustus.
sumber:
http://hotlinenow.blogspot.com/2010/08/menara-jam-mekkah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar